Latest News

Janji Surga Pilgub*

12.27.2008 , Posted by Blogger Bata-Bata at 12.29


By : Abdul Basid

Pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Timur tinggal menghitung hari, semakin dekatnya waktu pemilihan membuat para calon gubernur dan wakilnya berlomba-lomba turum ke pelosok-pelosok daerah untuk mensosialisasikan dirinya masing-masing pada masyarakat Jawa Timur, mulai dari kampanye langsung turun ke lapangan sampai kampanye lewat media-media. Para tokoh masyarakat mereka datangi satu persatu dengan harapan bisa membantu mensukseskan niatnya untuk menjadi calon terpilih pada pemilihan nanti. Meskipun kedatangan mereka tidak secara langsung minta—dengan dalih mohon doa restu—agar supaya warga yang berada di bawah kepemimpinan para tokoh tersebut bersedia untuk memilihnya.

Baliho, spanduk, dan alat-alat sosialisasi lain mereka pajang di sebrang tempat, dengan berbagai moto seperti, APBN untuk rakyat, dan Muda-Bersih-Berpengalaman (KarSa), pilihlah yang berpengalaman (SALAM), Ndandani Jawa Timur bersama Sutjipto-Ridwan (SR), dan kalau NU bisa jadi gubernur, mengapa harus yang lain (KaJi)—yang semua itu mengunggulkan dirinya masing-masing dan menjatuhkan yang lain.
“Cuap-cuap Surga” Para Calon.

“Cuap-cuap surga” juga mereka janjikan seperti: bebas biaya untuk para pelajar yang tidak mampu, bantuan untuk orang yang tidak mampu, mengutamakan kepentingan rakyat dan banyak lagi janji yang mereka jajikan untuk menarik simapati masyarakat jawa timur. Dalam debat calon gebernur yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (22/5), Khofifah Indar Parawansa dan Soekarwo menyatakan bahwa masyarakat sekitar potensi Sumber Daya Alam, seperti blok-blok minyak dan gas bumi (Migas) semestinya mendapat manfaat tambahan. Menurut Khofifah, blok-blok migas di Jatim seakan tidak membawa tambahan kesejahteraan kepada masyarakat sekitar. Soekarwo mengatakan, refinery (pengolahan) minyak hasil tambang juga semestinya dilakukan di darat di daerah sekitar penambangan lepas pantai. Meskipun mereka (Khofifah dan Soekarwo) tidak mengatakan secara shorih bahwa mereka akan mengatasinya kalau mereka terpilih nanti, tapi mafhumnya seperti itu. Ahmady hanya menjanjikan untuk meningkatkan potensi Sumber Daya Alam di Jatim. Salam mengatakan, Salam memiliki tujuh komitmen politik. Seluruh komitmen itu akan diwujudkan lewat pengalokasian APBN Jatim. Salam menjanjikan Rp 1,4 triliun dari APBN Jatim setiap tahun sebagai alokasi untuk rakyat. Dana itu akan dipakai antara lain untuk program pengentasan kemiskinan, kesehatan, pendidikandan infrastruktur dan juga Salam menjanjikan Rp 50 miliar pertahun untuk revitalisasi posyandu dan penalangan biaya berobat bagi pasien miskin (Kompas, 23/5).

Tidak cukup dengan “cuap-cuap surga” yang terjadi menjelang pemilihan, kampanye gelappun mereka lakukan demi tercapainya niat mereka, seperti: kegiatan Soekarwo di pembinaan dan realisasi bantuan tunjangan di Jatim Expo, Kamis (4/6). Dalam acara tersebut sekitar 2.000 guru untuk pertama kali menerima tunjangan fungsional Rp 1 juta secara tunai, Saifullah Yusuf pernah mengumpulkan para guru di Situbondo, pasangan SR (Sutjipto-Ridwan) juga pernah melakukan hal yang serupa, pasangan Soenarjo-Ali Maschan Moesa berkampanye buruk dengan baliho “mending milih bapak’e dewek ketimbang pakde”, pasangan Ahmady-Suhartono (Achsan) membagikan sembako kepada 3.000 warga di Bangkalan dengan menggunakan pengangkut mobil berpelat merah dari Mojokerto. Selain itu pasangan Khofifah-Modjiono (Kaji) membagikan mobil APV berstiker KaJi kepada cabang-cabang Muslimat NU (Kompas, 10/6)



Apa Kata Mereka?
karenanya mengharap gubernur gubernur Jatim berani mereformasi birokrasi dan memangkas pungutan yang mengembungkan biaya produksi, Daka, pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS), bagi Daka, gubernur Jawa Timur mendatang tidak lupa dengan apa yang telah di ucapkan menjelang Pilkada, terutama menyangkut kesejahteraan rakyat miskin, Muchson, ketua kelompok tani Mangrove Wonorejo Surabaya mengharap, gubernur Jawa Timur yang terpilih nanti bisa membuat kebijakan menyangkut pelestarian hutan Mangrove di wilayah Jawa Timur. Sebab, hutan semakin hilang karena gencarnya reklamasi pantai, Sudarto, penasehat hukum berucap, Jawa Timur adalah wilayah Heterogen, maka dari itu gubernur yang terpilih nanti harus memahami betul bahwa mereka dipilih masyarakat yang beragam. Karenanya, tokoh itu harus bisa menfasilitasi semua lapisan masyarakat dan tidak hanya mengutamakan mereka yang membantu dalam kampanye.

Penggunaan anggaran, harus benar-benar tepat sasaran, yakni untuk meningkatkan mutu pendidikan, layanan kesehatan, serta pengadaan tenaga kerja, Sobirin, pedagang bakso asal Bojonegoro, berharap pemimpin Jawa Timur yang terpilih dalam Pilkada Jawa Timur mampu membuat ekonomi rakyat lebih bagus dan harga barang keperluan sehari-hari tetap murah, dan komentar juga muncul dari Hendrodiandiko, dia berujar, siapapun yang menjadi gubernur harus rata menjalankan amanatnya dan selalu memahami untuk apa dia dipanggil dengan sebutan “Bapak Gubernur”.

Mengingat “cuap-cuap surga” dari masing-masing calon dan harapan-harapan dari berbagai kalangan masyarakat Jawa Timur, maka perlu dingat bagi mereka (para calon), apa yang mereka janjikan. Yang jadi masalah sekarang ini, bagaimana para calon gubernur dan wakilnya yang sudah tekan kontrak untuk berbuat yang terbaik, tidak hanya terbukti di belakang layar belaka. Maka tidak salah kalau Iwan Fals berujar “kata-kata berbisa, mulut-mulut berbusa, seperti biasa diatas panggung atas nama rakyat” dan ungkapan “kalau cuma berbicara, burung beokpun bisa”. Dan perlu diingat juga bagi para calon gubernur dan wakilnya untuk bersaing dengan akal sehat, tidak saling menfitnah antara yang satu dengan yang lain, karena orang bisa berbuat apa saja demi tercapainya sebuah harapan.

Maka dari itu, ada dua poin penting yang perlu diperhatikan oleh para calon gubernur dan wakil terpilih nanti, 1) tidak mengatagorikan dirinya pada katagori “Ayatu al Munafiqi Tsalatsun” dengan artian mereka melaksanakan apa yang telah mereka janjikan sebelum mereka terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur dan tidak mengecewakan rakyat. 2) tetap menjaga nilai ukhuwah islamiyah antar sesama pesaing, tidak ada fitnah menfitnah antara satu dengan yang lain.

* Telah dimuat di harian Duta Masyarakat pada rubrik “Opini”, Senin, (27/6/08)

Currently have 2 komentar:

  1. Tulisannya bagus banget.... Hebat....

    Tapi alangkah lebih baiknya jika saya membaca tulisan anda yang lebih up to date...

  1. @ Mudatsir :
    Ya...Tulisan saudara Abdul Basith ini memang out of date. Insya Allah, dalam dekat ini, tulisannya akan muncul kembali di blog kita tercinta ini.

    Doakan selalu...

Leave a Reply

Posting Komentar