Latest News

3 Doa 3 Cinta; Sebuah Catatan Seorang Santri

12.27.2008 , Posted by Blogger Bata-Bata at 11.57


By : Abdul Qadir Jailani

Film ini mengingatkan saya pada kehidupan pesantren dulu, meskipun hanya sebentar, sekedar numpang tinggal ditempatnya pak Kiai, kehidupan santri serta tetek bengeknya banyak saya ketahui dan saya alami. Kehidupan santri sungguh unik, beda dengan kehidupan pelajar-pelajar lain atau bahkan masyarakat luar kebanyakan.

Sebelum melanjutkan pendidikan di pesantren, dulu ketika guru saya menanyakan "kamu mau melanjutkan kemana?", saya malu-malu bahkan gengsi mengatakan "Mondok". Temen-temen juga mermehkan. Berbeda dengan temen saya yang lain dengan bangganya mengatakan "Saya mau lanjut di SMAN 1" yang pada waktu itu merupakan sekolah unggulan dan favorit. Mungkin itu sebuah gambaran betapa pendidikan Pesantren tidak mendapat tempat dihati pemuda dan masyarakat selama ini.

Hal yang melatar belakangi tersebut adalah sebuah persepsi yan menempatkan Pesantren dan Santri dengan sebuah keterbelakangan, kuno dan bahkan kolot. Memang sebagai santri saya tidak menyalahkan hal tersebut, namun tidak bisa dibenarkan jika santri diidentikan dengan sebuah identifikasi "keterbelakangan".

Ada banyak macam peantren, ada yang salafy, ada yang Modern dan ada yang memadukan antara keduanya. Memang kebanyakan pesantren yang dipimpin oleh seorang kiai adalah otoritatif, semuanya apa kata pak kiyai. Istilah "sendiko dauwh pak kiyai" termasuk pengelolaan dan sistem yang diinginkan oleh pimpinan pondok, mau yang salaf, modern atau memadukan keduanya. Oleh karenanya, muncul corak dan khas yang sangat berbeda antara pesantren yang satu dengan yang lainnya. Semisal Sidogri dengan kesalafiyahannya, Gontor dengan kemodernannya, atau Buduran, Sidoarjo dengan salafy dan modernnya.

Kembali pada Film 3 Doa dan 3 Cinta, perlu dicatat bahwa itu hanya sekelumit dari kehidupan santri yang ada di salah satu pondok dengan salah satu sistem dari sekian banyak yang ada, bukan berarti itu menjadi gambaran utuh tentang santri atau kiyai.

Satu hal menurut pendapat saya yang tidak bisa ditemukan dalam kehidupan luar pesantren, yaitu sistem pendidikan yang sangat bagus dari pada sistem pendidikan non pesantren. FULLDAY SCHOOL adalah sistem yang banyak ditiru oleh pendidikan non pesantren. Dan semangat belajar yang laur biasa yang tidak bisa saya dapatkan setelah keluar dari pesantren.

"Saya Bangga jadi Santri" InsyaAllah akan saya tulis pada posting berikutnya.

Salam ...

Currently have 2 komentar:

  1. Bang... Kemarin ada komentar dari abdul Basid tentang masalah Nabi Perempuan. Mungkin dia ingin mengkritisi artikel saya. Saya bingung jawabnya, karena gak ada emailnya....jadi jawabnya di sini (gk pa2 khan...?)

    Walaupun Saya sejak di Pondok cenderung berpikir bebas, saya tetap pada rel-rel al-Quran dan As-Sunnah. Artikel yang -dianggap- "konteroversial" itu sudah saya hapus dari blog saya.... Takutnya menimbulkan salah paham lagi... SEKARANG BLOGNYA KONSISTEN KE HUKUM an-sich, tanpa ada lagi pemikiran-pemikiran Islam.... (tau gak... waktu masih kelas dua MA -curhat dikit- saya pernah dilabeli dengan Pemikir Liberal oleh anak-anak blok saya ketika melontarkan pendapat yang agak "hah". Sekarang anak itu kuliah di Malang, Jurusan Teknik Komputer, dan dia sekarang sadar dengan apa yang saya lontarkan bahwa itu adalah semacam "Provokasi")...dengan kata lain, Sitti Mulus (meminjam istilah Direktur Organisasi Saya dulu (M2KD).

    Yah... itu hanyalah cara penyampaian saja yang sadari keliru. Saya "hanyalah" melontarkan beberapa aqwaal yang belum biasa pada komunitas yang "masih hijau". Dan sebaiknya saya tidak melakukan itu....

    Nabi Perempuan... Yah... itu hal menarik, namun wacananya sudah mulai dulu... Saya lebih condong pada yang mengatakan tidak mungkin...

    Namun, sebagai bahan wacana...Abu Bakar Muhammad bin Mawhab al-Tujibi al-Qabri (wafat 406 H/1015 M), ulama besar di Andalusia, Spanyol, memberi pernyataan kontroversial yang menganggap perempuan boleh menjadi nabi dan bisa mendapat wahyu kenabian dari Allah SWT. Ia menunjuk Maryam, ibu Nabi Isa, sebagai seorang di antara nabi-nabi perempuan itu. ALASAN yang dikemukakan merujuk pada dalil 'aqly (filosofis) dan dalil naqly (nash Al Quran dan hadis). Secara 'aqly, laki-laki dan perempuan sama-sama hamba dan khalifah sehingga keduanya sama-sama berhak menjadi nabi. Yang paling mulia di sisi-Nya ialah orang paling bertakwa, entah laki-laki atau perempuan (QS Al-Hujurat/49:13). Secara naqly merujuk sejumlah ayat yang menunjukkan adanya wahyu prasyarat seseorang dianggap sebagai nabi-diturunkan kepada perempuan salihah, misalnya secara tekstual ibu Nabi Musa mendapat wahyu (wa auhaina ila ummi musa/QS Al-Qashash: 7).

    Namun harus disadari.... ITU ADALAH PROPAGANDA ORIENTALIS..... DENGAN KATA LAIN.... ISLAMISISASI...... WATCH UOT....!!!!

    Assalamu'alaikum....

  1. Satu Lagi... Blog saya sudah tambah berubah menjadi FRESH BLOG.... Kajiannya insyaallah akan FOKUS ke ke Hukum dan Sospol..... LAW AND SOCIAL REVIEW...

Leave a Reply

Posting Komentar